Kepala SMAN 1 Palangka Raya, Arbusin: Penilaian Sumatif Kinerja Siswa (PSKS) Jadi Inovasi Baru dalam Kurikulum Merdeka

Palangka Raya,Manuntungnews.com-Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan mengikuti perkembangan kurikulum merdeka, Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Palangka Raya, Arbusin, memimpin inovasi baru dengan mengganti ujian praktik menjadi Penilaian Sumatif Kinerja Siswa (PSKS). Pelaksanaan PSKS ini akan berlangsung pada tanggal 10 hingga 16 April 2025, dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan terstruktur dibandingkan metode sebelumnya.
Menurut Arbusin, pelaksanaan PSKS di SMAN 1 Palangka Raya dilakukan oleh masing-masing guru mata pelajaran sesuai dengan jadwal pembelajaran mereka. “Tidak seperti sebelum-sebelumnya yang harus dikordinir secara ketat dengan hari tertentu untuk ujian praktik, tahun ini proses pembelajaran di kelas tetap berlangsung seperti biasa,” jelas Arbusin saat ditemui di ruang kerjanya,Senin 21 April 2025.
Arbusin menambahkan bahwa PSKS ini merupakan bagian dari implementasi kurikulum merdeka, yang memberikan kebebasan kepada sekolah untuk mengatur penilaian sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam pelaksanaannya, materi yang dipraktikkan hanya mencakup pelajaran kelas XII semester II, tidak seperti sebelumnya di mana materi kelas X pun dapat diujikan dalam ujian praktik.
“Dalam kurikulum merdeka, setiap guru yang masuk kelas sudah mulai menilai siswa dari segi sikap, keterampilan, dan nilai tertulis. Berbeda dengan kurikulum 2013, yang hanya melakukan penilaian melalui ujian setiap akhir semester,” lanjut Arbusin.
Sebagai langkah awal, setiap guru wajib membuat perencanaan pembelajaran melalui program Platform Merdeka Mengajar (PMM). Program ini kemudian diajukan kepada Kepala Sekolah untuk disetujui sebelum digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran. “Setiap guru itu wajib membuat perencanaan. Setelah dibuat, perencanaan tersebut diajukan kepada saya. Jika sudah sesuai, kami setujui dan kembali ke guru untuk membuat programnya,” kata Arbusin sambil tersenyum.
Dengan adanya perencanaan yang terstruktur, para guru telah mengetahui jadwal masuk kelas dan materi pelajaran yang akan diajarkan kepada murid-muridnya. Hal ini juga memastikan bahwa setiap mata pelajaran memiliki fokus yang jelas sesuai dengan paket peminatan yang dipilih siswa/i saat kelas XI.
Untuk PSKS sendiri, setiap siswa/i wajib mencapai nilai minimal 75. Jika siswa belum mencapai nilai tersebut, mereka akan diberikan kesempatan untuk memperbaiki nilai dalam waktu tertentu. “Setiap siswa tidak boleh kurang dari nilai 75. Jadi, setiap kali pertemuan, jika ada anak yang nilainya masih kurang dari 75, mereka akan dibimbing dan dibina oleh guru hingga mencapai target,” tegas Arbusin.
Kesempatan untuk memperbaiki nilai diberikan sebanyak tiga kali. Selama proses ini, guru akan mengarahkan siswa untuk mempelajari materi yang nilainya masih kurang. “Jika siswa tersebut sudah siap, barulah kami tanyakan apakah mereka sudah siap untuk dinilai ulang,” tambahnya.
Arbusin menegaskan bahwa tujuan utama dari PSKS adalah untuk menjamin kualitas pembelajaran dan mengevaluasi kemampuan siswa secara menyeluruh. “Kami ingin memastikan bahwa siswa tidak hanya menghafal materi, tetapi juga mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah salah satu prinsip utama kurikulum merdeka,” ungkapnya.
Selain itu, Arbusin juga berharap bahwa PSKS dapat menjadi sarana bagi guru untuk lebih mengenal potensi dan kelemahan masing-masing siswa. Dengan begitu, guru dapat memberikan pendampingan yang lebih tepat dan efektif. “Kami ingin menjadikan PSKS sebagai alat untuk membantu siswa berkembang, bukan sekadar memberikan tekanan,” katanya.
Pelaksanaan PSKS di SMAN 1 Palangka Raya ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain di wilayah Kota Palangka Raya. “Kami berkomitmen untuk terus berinovasi demi meningkatkan kualitas pendidikan. Semoga PSKS ini bisa menjadi langkah awal menuju sistem pendidikan yang lebih baik dan relevan dengan kebutuhan zaman,” tutup Arbusin.
(mul)